Sabtu, 22 Agustus 2009

KOMPAS cetak - SBY Perlu Terus Terang

KOMPAS cetak - SBY Perlu Terus Terang: "SBY Perlu Terus Terang
Jaleswari: Mungkin Ancaman Teramat Genting

Sabtu, 22 Agustus 2009 | 03:21 WIB

Jakarta, Kompas - Pemerintah, khususnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, diminta transparan kepada masyarakat soal seberapa serius ancaman terorisme yang ada di Indonesia sekarang ketimbang bersikeras ingin melibatkan militer secara aktif dalam menangani terorisme.

Menurut peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jaleswari Pramowardhani, Jumat (21/8), dengan penjelasan seperti itu, masyarakat paham dan mampu menyiapkan diri menghadapi kondisi dan gradasi keadaan bahaya sebenarnya, yang riil terjadi sekarang terkait ancaman terorisme tadi."

KOMPAS cetak - Calon Anggota Legislatif Minta KPU Pakai Putusan MA

KOMPAS cetak - Calon Anggota Legislatif Minta KPU Pakai Putusan MA: "Calon Anggota Legislatif Minta KPU Pakai Putusan MA

Sabtu, 22 Agustus 2009 | 03:18 WIB

Jakarta, Kompas - Sebanyak 115 calon anggota legislatif yang tergabung dalam Forum Komunikasi Caleg Lintas Partai Politik meminta Komisi Pemilihan Umum menggunakan putusan Mahkamah Agung terkait pembagian kursi tahap II dan III untuk Dewan Perwakilan Rakyat.

Mereka meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengabaikan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait persoalan pembagian kursi itu."

KOMPAS cetak - Tanpa "Oposisi", Makna Hilang

KOMPAS cetak - Tanpa "Oposisi", Makna Hilang: "Tanpa 'Oposisi', Makna Hilang
Pemerintahan Berpotensi Sulit Dikontrol

Sabtu, 22 Agustus 2009 | 03:23 WIB

Jakarta, Kompas - Kerekatan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dengan Partai Demokrat bisa riskan untuk keberlangsungan demokrasi Indonesia. Jika PDI-P masuk ke koalisi pemerintahan Yudhoyono, demokrasi Indonesia bisa berjalan tanpa kontrol dan hanya akan mengembalikan otoritarianisme.

Ketua Pedoman Indonesia M Fadjroel Rachman, Jumat (21/8), menegaskan, demokrasi tanpa oposisi adalah ”demokrasi kuburan”, yang sunyi senyap tanpa kritik dan tanpa program alternatif. Masalah terbesar bagi ”oposisi” di parlemen adalah tidak adanya undang-undang tentang hak dan kewajiban sebagai oposisi, termasuk kewajiban membuat kabinet bayangan."

KOMPAS cetak - Yudhoyono: Kabinet Berisi Orang-orang Bersih

KOMPAS cetak - Yudhoyono: Kabinet Berisi Orang-orang Bersih: "Yudhoyono: Kabinet Berisi Orang-orang Bersih

Sabtu, 22 Agustus 2009 | 03:23 WIB

Jakarta, Kompas - Presiden terpilih 2009-2014 Susilo Bambang Yudhoyono menggunakan dua bulan waktu masa transisi pemerintahan untuk membentuk kabinet. Yudhoyono menjanjikan, anggota kabinet mendatang akan berisi orang-orang yang kompeten, bersih, jujur, dan penuh dedikasi dari mana pun asalnya.

”Akan dipilih yang terbaik dan profesional dari semua kalangan, baik dari partai politik atau nonpartai politik,” ujar Yudhoyono dalam pidato penerimaan di Jakarta International Expo, Kemayoran, Kamis (20/8) malam."

Kamis, 20 Agustus 2009

KOMPAS.Com - Pengetahuan Sejarah Teroris Harus Diluruskan

KOMPAS.Com - Pengetahuan Sejarah Teroris Harus Diluruskan: "Pengetahuan Sejarah Teroris Harus Diluruskan
/
Artikel Terkait:

* Sadarkan Teroris Melalui Komunikasi yang Baik
* Inilah Sosok Bagus, Buronan Teroris Itu
* Presiden: Hati-Hati Sebut Polri Langgar HAM soal Terorisme
* Salah Sangka soal Teroris, Aparat Desa Sidokumpul Sesalkan Pers
* Kenapa Indonesia Digandrungi Teroris?

Kamis, 20 Agustus 2009 | 16:11 WIB

DEPOK, KOMPAS.com - Para teroris keliru dalam memahami sejarah peradaban. Selama ini mereka meyakini bahwa negara-negara barat adalah musuh Islam yang harus dihancurkan. Padahal, dalam sejarah umat Islam senantiasa hidup dalam kedamaian dan tidak pernah melakukan teror."

KOMPAS cetak - Bank BUMN Paling Agresif

KOMPAS cetak - Bank BUMN Paling Agresif: "Bank BUMN Paling Agresif
Usaha Mikro Butuh Pelatihan

Kamis, 20 Agustus 2009 | 04:52 WIB

Jakarta, Kompas - Kelompok bank berstatus badan usaha milik negara merupakan kelompok yang paling gencar menyalurkan kredit mikro atau kredit dengan plafon di bawah Rp 50 juta. Pertumbuhan kredit mikro kelompok bank ini mencapai 22 persen dalam setahun terakhir.

Berdasarkan data Bank Indonesia, posisi kredit mikro kelompok bank BUMN per akhir Juni 2009 mencapai Rp 109,7 triliun atau 21,3 persen dari total kredit bank BUMN."

KOMPAS cetak - Reformasi Birokrasi Selesai 2011

KOMPAS cetak - Reformasi Birokrasi Selesai 2011: "Reformasi Birokrasi Selesai 2011

Kamis, 20 Agustus 2009 | 03:13 WIB

Jakarta, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, program reformasi birokrasi telah dan sedang dilaksanakan secara bertahap. Program itu dapat diselesaikan untuk keseluruhan kementerian dan lembaga pada tahun 2011.

Secara bersama dan bertahap, reformasi di tingkat pemerintahan daerah juga harus mulai dilakukan dengan terencana, terorganisasi, dan berkesinambungan."

KOMPAS cetak - Pemerintah Harus Sistematis

KOMPAS cetak - Pemerintah Harus Sistematis: "Pemerintah Harus Sistematis
Ketegasan Yudhoyono Dibutuhkan untuk Jaga Koalisi Pendukungnya

Kamis, 20 Agustus 2009 | 03:14 WIB

Jakarta, Kompas - Tantangan di depan bagi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono adalah menjalankan pemerintahan secara sistematis, sesuai aturan, dan tertata baik. Masalah yang dihadapi pemerintah adalah masih menguatnya semangat sentralisasi."

Gmail - [IDOM - Indonesia] Statemen Solidaritas dari IMT kepada Warga Dusun Suluk Bongkal - guslank@gmail.com

Gmail - [IDOM - Indonesia] Statemen Solidaritas dari IMT kepada Warga Dusun Suluk Bongkal - guslank@gmail.com: "[IDOM - Indonesia] Statemen Solidaritas dari IMT kepada Warga Dusun Suluk Bongka"

Rabu, 19 Agustus 2009

KOMPAS.Com - Presiden Berkisah tentang "Ikan", "Kail", dan "Perahu"

KOMPAS.Com - Presiden Berkisah tentang "Ikan", "Kail", dan "Perahu": "Presiden Berkisah tentang 'Ikan', 'Kail', dan 'Perahu'
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi
/
Artikel Terkait:

* Presiden: Pembangunan untuk Semua
* Pidato di DPD, Pidato Terakhir SBY di Akhir Masa Jabatan
* Hari Ini, Giliran DPD Dengarkan Pidato SBY

Rabu, 19 Agustus 2009 | 08:58 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Suhartono

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengakui pemerintah dalam beberapa tahun terakhir telah menjalankan berbagai program prorakyat yang dirancang dengan berbagai tingkatan kemampuan masyarakat. Program-program itu, diibaratkan Presiden, ada yang seperti 'ikan', 'kail', dan 'perahu'."

KOMPAS.Com - Hasyim Muzadi "Ogah" Jadi Ketua PBNU Lagi

KOMPAS.Com - Hasyim Muzadi "Ogah" Jadi Ketua PBNU Lagi: "Hasyim Muzadi 'Ogah' Jadi Ketua PBNU Lagi
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Hasyim Muzadi
/
Artikel Terkait:

* Ketua PBNU Siap 'Nganter' jika Ada Kader Mau Jadi Menteri
* Hasyim Muzadi: Penuntasan Bom Minim Koordinasi
* Ketua PBNU: Pilkada Langsung Dihapus Saja
* Hasyim Muzadi Tak Akan Nyalon sebagai Ketua PBNU
* Hasyim Muzadi: Tiru Pemilu Jurdil Zaman Mega

Rabu, 19 Agustus 2009 | 15:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — KH Hasyim Muzadi menegaskan tidak akan mencalonkan diri lagi sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam Muktamar NU di Makassar, Januari 2010. 'Saya tidak mencalonkan lagi sebagai ketua umum,' kata Ketua Umum PBNU itu kepada wartawan, saat acara launching Muktamar ke-32 NU di Jakarta, Rabu (19/8)."

Selasa, 18 Agustus 2009

Situs Berita Rakyat Merdeka

Situs Berita Rakyat Merdeka: "64 Tahun Merdeka, Rakyat Masih Miskin!"

Senin, 17 Agustus 2009

Minggu, 16 Agustus 2009

KOMPAS cetak - Terorisme dalam "Reality Show"

KOMPAS cetak - Terorisme dalam "Reality Show": "Terorisme dalam 'Reality Show'"

Republika Online - Wajah Kabinet

Republika Online - Wajah Kabinet: "Wajah Kabinet"

Republika Online - Noordin dan Siaran Langsung Televisi

Republika Online - Noordin dan Siaran Langsung Televisi: "Noordin dan Siaran Langsung Televisi"

Republika Online - Agen Perubahan dari Generasi Muda

Republika Online - Agen Perubahan dari Generasi Muda: "Agen Perubahan dari Generasi Muda"

Republika Online - Media Didesak Lebih Hati-hati

Republika Online - Media Didesak Lebih Hati-hati: "Media Didesak Lebih Hati-hati"

Republika Online - Tokoh Muslim Kecam Pemberitaan Terorisme

Republika Online - Tokoh Muslim Kecam Pemberitaan Terorisme: "Tokoh Muslim Kecam Pemberitaan Terorisme"

detikNews : situs warta era digital | Ba'asyir Bantah Dirinya Ajarkan Islam Garis Keras

detikNews : situs warta era digital | Ba'asyir Bantah Dirinya Ajarkan Islam Garis Keras: "Ba'asyir Bantah Dirinya Ajarkan Islam Garis Keras"

detikNews : situs warta era digital

detikNews : situs warta era digital: "Isu Kantor Dagang Israel di Indonesia
Majelis Dzikir SBY Tuding Abu Bakar Ba'asyir Gegabah"

detikNews : situs warta era digital | Menang Pilpres, GPS Siap Kawal SBY-Boediono

detikNews : situs warta era digital | Menang Pilpres, GPS Siap Kawal SBY-Boediono: "Menang Pilpres, GPS Siap Kawal SBY-Boediono"

detikNews : situs warta era digital | KPU Tegaskan Takkan Ubah Penghitungan Kursi DPR Tahap 2

detikNews : situs warta era digital | KPU Tegaskan Takkan Ubah Penghitungan Kursi DPR Tahap 2: "KPU Tegaskan Takkan Ubah Penghitungan Kursi DPR Tahap 2"

Sabtu, 15 Agustus 2009

VIVANEWS - VIDEO - Setiawan Djody Datangi KPK

VIVANEWS - VIDEO - Setiawan Djody Datangi KPK: "Kamis, 16 Oktober 2008, 16:11 WIB
Setiawan Djody Datangi KPK"

VIVANEWS - KORUPSI - Tuduhan Suap Dua Pejabat KPK: Rekaman Suara Mirip Antasari-Anggoro

VIVANEWS - KORUPSI - Tuduhan Suap Dua Pejabat KPK: Rekaman Suara Mirip Antasari-Anggoro: "Setiawan Djody Datangi KPK"

VIVANEWS - KORUPSI - Tuduhan Suap Dua Pejabat KPK: Rekaman Suara Mirip Antasari-Anggoro

VIVANEWS - KORUPSI - Tuduhan Suap Dua Pejabat KPK: Rekaman Suara Mirip Antasari-Anggoro: "Setiawan Djody Datangi KPK"

VIVANEWS - KORUPSI - Tuduhan Suap Dua Pejabat KPK: Rekaman Suara Mirip Antasari-Anggoro

VIVANEWS - KORUPSI - Tuduhan Suap Dua Pejabat KPK: Rekaman Suara Mirip Antasari-Anggoro: "Pasca Rapat DPR-KPK, Pemberantasan Korupsi Terancam?"

VIVANEWS - KORUPSI - Tuduhan Suap Dua Pejabat KPK: Rekaman Suara Mirip Antasari-Anggoro

VIVANEWS - KORUPSI - Tuduhan Suap Dua Pejabat KPK: Rekaman Suara Mirip Antasari-Anggoro: "Rekaman Suara Mirip Antasari-Anggoro"

VIVANEWS - KORUPSI - Mantan Ketua KPK Taufiequrachman Ruki: Tak Solid, KPK Mudah Diserang

VIVANEWS - KORUPSI - Mantan Ketua KPK Taufiequrachman Ruki: Tak Solid, KPK Mudah Diserang: "Tak Solid, KPK Mudah Diserang"

VIVANEWS - NASIONAL - Hubungan Indonesia-Israel: Laskar Muslim Lacak Kantor Dagang Israel

VIVANEWS - NASIONAL - Hubungan Indonesia-Israel: Laskar Muslim Lacak Kantor Dagang Israel: "Inilah Data Diri Sang Perekrut Bomber"

VIVANEWS - NASIONAL - Hubungan Indonesia-Israel: Laskar Muslim Lacak Kantor Dagang Israel

VIVANEWS - NASIONAL - Hubungan Indonesia-Israel: Laskar Muslim Lacak Kantor Dagang Israel: "SJ Indoktrinasi Para Bomber di Curug Nangka"

VIVANEWS - NASIONAL - Hubungan Indonesia-Israel: Laskar Muslim Lacak Kantor Dagang Israel

VIVANEWS - NASIONAL - Hubungan Indonesia-Israel: Laskar Muslim Lacak Kantor Dagang Israel: "Perekrut Bomber Seorang Tukang Bekam"

VIVANEWS - NASIONAL - Hubungan Indonesia-Israel: Laskar Muslim Lacak Kantor Dagang Israel

VIVANEWS - NASIONAL - Hubungan Indonesia-Israel: Laskar Muslim Lacak Kantor Dagang Israel: "Keluarga Noordin M Top Terus 'Ditempel'"

VIVANEWS - NASIONAL - Hubungan Indonesia-Israel: Laskar Muslim Lacak Kantor Dagang Israel

VIVANEWS - NASIONAL - Hubungan Indonesia-Israel: Laskar Muslim Lacak Kantor Dagang Israel: "Mengapa Gerak Noordin Sulit Terendus"

VIVANEWS - NASIONAL - Penggerebekan Jaringan Noordin M Top: "Belum Ada Kabar Dana Noordin dari Malaysia"

VIVANEWS - NASIONAL - Penggerebekan Jaringan Noordin M Top: "Belum Ada Kabar Dana Noordin dari Malaysia": "'Belum Ada Kabar Dana Noordin dari Malaysia'"

berita pemilu indonesia - pemilu.okezone.com

berita pemilu indonesia - pemilu.okezone.com: "Zaenal Maarif Pasrah Pada Putusan MA"

berita pemilu indonesia - pemilu.okezone.com

berita pemilu indonesia - pemilu.okezone.com: "Kali Ini Soetrisno Bachir Puji KPU Cerdas"

PDIP Merapat Karena Pendekatan Demokrat - pemilu.okezone.com

PDIP Merapat Karena Pendekatan Demokrat - pemilu.okezone.com

115 Caleg Desak KPU Jalankan Putusan MA - pemilu.okezone.com

115 Caleg Desak KPU Jalankan Putusan MA - pemilu.okezone.com: "Pekan Depan, KPU Tetapkan Penghitungan Kursi Tahap 3"

115 Caleg Desak KPU Jalankan Putusan MA - pemilu.okezone.com

115 Caleg Desak KPU Jalankan Putusan MA - pemilu.okezone.com: "Pleno Rekapitulasi Suara Pileg Tahap Tiga Digelar"

berita bisnis dan ekonomi terpercaya - economy.okezone.com

berita bisnis dan ekonomi terpercaya - economy.okezone.com: "Bagaimana Mencegah Pendanaan Terorisme?"

rakyatmerdeka.co.id - Pemalas, Taufiq Kiemas Tak Pantas Pimpin MPR

rakyatmerdeka.co.id - Pemalas, Taufiq Kiemas Tak Pantas Pimpin MPR: "Pemalas, Taufiq Kiemas Tak Pantas Pimpin MPR"

rakyatmerdeka.co.id - Tentang Penjajahan Barat yang Berkembang Pesat

rakyatmerdeka.co.id - Tentang Penjajahan Barat yang Berkembang Pesat: "Tentang Penjajahan Barat yang Berkembang Pesat"

rakyatmerdeka.co.id - INDONESIA RAYA LUPA DINYANYIKAN, Merasa Bersalah, Sekjen DPR Harus Mundur

rakyatmerdeka.co.id - INDONESIA RAYA LUPA DINYANYIKAN, Merasa Bersalah, Sekjen DPR Harus Mundur: "INDONESIA RAYA LUPA DINYANYIKAN
Merasa Bersalah, Sekjen DPR Harus Mundur"

rakyatmerdeka.co.id - INDONESIA RAYA LUPA DINYANYIKAN, Ketua MPR Anggap Tak Lazim, Harap Bukan Sabotase

rakyatmerdeka.co.id - INDONESIA RAYA LUPA DINYANYIKAN, Ketua MPR Anggap Tak Lazim, Harap Bukan Sabotase: "NDONESIA RAYA LUPA DINYANYIKAN
Ketua MPR Anggap Tak Lazim, Harap Bukan Sabotase"

rakyatmerdeka.co.id - Elit Politik Ulangi Sejarah Penjajahan

rakyatmerdeka.co.id - Elit Politik Ulangi Sejarah Penjajahan: "Elit Politik Ulangi Sejarah Penjajahan"

rakyatmerdeka.co.id - Elit Politik Ulangi Sejarah Penjajahan

rakyatmerdeka.co.id - Elit Politik Ulangi Sejarah Penjajahan: "Elit Politik Ulangi Sejarah Penjajahan"

Republika Online - Agen Perubahan dari Generasi Muda

Republika Online - Agen Perubahan dari Generasi Muda: "Agen Perubahan dari Generasi Muda"

KOMPAS cetak - Perangi Terorisme dengan Beradab

KOMPAS cetak - Perangi Terorisme dengan Beradab: "Perangi Terorisme dengan Beradab"

KOMPAS cetak - Keahlian Noordin Terwariskan

KOMPAS cetak - Keahlian Noordin Terwariskan: "Keahlian Noordin Terwariskan"

KOMPAS cetak - "Indonesia Raya" yang Terlupakan...

KOMPAS cetak - "Indonesia Raya" yang Terlupakan...: "'Indonesia Raya' yang Terlupakan..."

KOMPAS cetak - Syarif Hasan dan Priyo Budi Siap Pimpin

KOMPAS cetak - Syarif Hasan dan Priyo Budi Siap Pimpin: "Syarif Hasan dan Priyo Budi Siap Pimpin"

KOMPAS cetak - Secarik Pleidoi buat Bu Mega

KOMPAS cetak - Secarik Pleidoi buat Bu Mega: "Secarik Pleidoi buat Bu Mega"

KOMPAS cetak - Tanah Air Merdeka

KOMPAS cetak - Tanah Air Merdeka: "Tanah Air Merdeka"

KOMPAS cetak - "When I'm Sixty-Four"

KOMPAS cetak - "When I'm Sixty-Four": "'When I'm Sixty-Four'"

KOMPAS cetak - Upaya Rekonsiliasi dalam Tuturan Demokrasi

KOMPAS cetak - Upaya Rekonsiliasi dalam Tuturan Demokrasi: "PIDATO KENEGARAAN
Upaya Rekonsiliasi dalam Tuturan Demokrasi"

KOMPAS cetak - Diperlukan Reformasi Kedua

KOMPAS cetak - Diperlukan Reformasi Kedua: "Diperlukan Reformasi Kedua"

KOMPAS cetak - Presiden: Posisi Indonesia Kian Kuat dan Strategis

KOMPAS cetak - Presiden: Posisi Indonesia Kian Kuat dan Strategis: "Presiden: Posisi Indonesia Kian Kuat dan Strategis"

Jumat, 14 Agustus 2009

KOMPAS cetak - Pemuda Hadapi Banyak Tantangan

KOMPAS cetak - Pemuda Hadapi Banyak Tantangan: "Pemuda Hadapi Banyak Tantangan

Rabu, 12 Agustus 2009 | 03:43 WIB

Jakarta, Kompas - Menghadapi Tahun Pemuda Internasional, pemuda menghadapi banyak tantangan, seperti kemiskinan, pengangguran, buta aksara, hingga terinfeksi HIV/AIDS.

Saat ini jumlah pemuda mencapai 18 persen dari total penduduk dunia. Namun, sekitar 200 juta pemuda dunia hidup miskin, 88 juta orang menganggur, dan 160 juta pemuda mengalami masalah gizi. Selain itu, 130 juta pemuda masih buta aksara dan lebih dari 10 juta anak muda hidup dengan HIV/AIDS.

Berkaitan dengan peringatan Hari Pemuda Internasional yang diperingati Rabu (12/8), Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) meminta pemerintah dan semua pihak untuk bisa memberikan perhatian terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi pemuda saat ini. Direktur Jenderal UNESCO Koichiro Matsuura mengatakan, penting untuk merangkul dan mempersiapkan pemuda bagi kesinambungan dunia. Para pemuda itu juga perlu diajak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

”Semua anak muda mesti menyalurkan energi dan kreativitasnya dengan cara-cara damai dan berkesinambungan,” kata Koichiro.

Ade Irawan dari Koalisi Pendidikan mengatakan, generasi muda bangsa ini menghadapi tantangan yang berat untuk memajukan bangsa. Jika pemerintah tidak mau berinvestasi secara serius d"

Delapan Windu Merdeka


Rabu, 12 Agustus 2009 | 05:05 WIB

Sjamsoe’oed Sadjad

Delapan windu artinya delapan kali delapan tahun atau enam puluh empat tahun. Jika seorang pejabat PNS golongan empat berusia sebanyak itu, memang sudah masuk lanjut usia, saatnya menyiapkan pensiun.

Namun, bagi umur suatu bangsa merdeka, bermartabat, delapan windu mungkin ibarat orang yang baru seumur anak SMP akan masuk SMA. Bagi kehidupan pribadi seseorang, delapan windu merdeka sejak tahun 1945 rasanya sudah cukup lama. Katakan dari umur-umur siswa SMP sampai cucunya sudah sarjana.

Dari hidup menyanyikan ”Wilhelmus”, kemudian sebentar ”Kimigayo”, lalu ”Indonesia Raya” selama delapan windu, rasanya hidup selamat seseorang sebagai anak suatu bangsa merdeka memang patut harus disyukuri. Demikian kalau kehidupannya bisa diisi dengan amal perbuatan dan perilaku yang baik dan benar.

Pertanyaannya kini, puaskah hidup dalam kemerdekaan selama delapan windu itu?

Kacamata desa

Andaikan kita bisa memilih berbagai kacamata untuk melihat beragam keadaan, mungkin kesan dan jawabnya pun bisa beragam. Kita pilih saja kacamata yang bisa memperlihatkan pedesaan bagi mata pemakainya.

Merdeka delapan windu ternyata belum apa-apa. Kerja keras petani dan seluruh keluarganya bermusim-musim, stigmanya masih tetap sebagai gurem, miskin, atau buruh tani yang tidak memiliki lahan dan melarat.

Pertanian pun hanya sebatas kerja fisik di lahan, atau di tengah laut, yang menghasilkan produk mentahan gabah, sayuran, atau ikan yang dijual ke pasar. Lebih jelek lagi jika hasilnya sudah menjadi milik orang kaya karena harus membayar utangnya.

Dalam delapan windu merdeka, masih belum bisa leluasa menyekolahkan anaknya berkelanjutan, belum bisa terpuaskan mendapatkan pelayanan pengobatan, dan sandang serta papan pun hanya sekadar mencukupi kebutuhan dasar hidup.

Kondisi fisik desa juga tidak memadai, entah itu berupa infrastruktur maupun bangunan fasilitas publik. Katakanlah ini gambaran desa dan pertaniannya delapan windu pertama. Bagaimana keadaan delapan windu kedua kelak? Kita coba melihat dengan kacamata baru yang melegakan.

Industri unit desa

Tidak dijumpai lagi keadaan yang berbeda antara desa dan kota. Artinya, kebutuhan kehidupan dasar manusia desa dan kota terpenuhi sama-sama memuaskan. Pendidikan kepada masyarakat desa telah membawakan perubahan mental dan pandangan yang berbeda sama sekali dari delapan windu sebelumnya.

Mental industrial mereka bisa mewujudkan usaha taninya menjadi bermartabat yang tidak lagi diukur dari berapa lahan pertanian yang dimiliki. Usaha tani industrial menjadikan seluruh warga bisa bekerja maksimal dan menghasilkan nilai tambah yang mumpuni dalam kehidupannya.

Daya beli mereka menjadi sangat tinggi dan mereka bisa menabung serta memiliki saham dalam usaha tani industrial atau dalam industri unit desanya. Pendek kata mereka menjadi makmur, sejahtera, adil dan merata. Jika mereka menengok sejarah delapan windu ke belakang, bagaimana mereka mulai dengan berbagai perubahan.

Pertama, menyadari pertanian adalah berproses industrial. Hasil mereka baru dihubungkan dengan pasar sesudah menjadi produk industrial sehingga bisa meraih nilai tambah. Mereka bekerja di industri unit desa dalam desa industri yang merupakan satu sistem sebagai pelaksana operasional dalam masing-masing subsistem dari yang primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Semua bergerak maksimal pada tiap subsistem dan meraih nilai tambah dari seluruh sistem secara proporsional dan adil.

Kedua, mereka dididik bagaimana membangun modal untuk usaha taninya yang membesar dan bermartabat. Mereka bisa menjadi besar karena modal usahanya juga bisa bertambah besar. Semua itu terjadi karena memiliki Bank Pertanian yang mendorong mereka bisa menabung dan menjadi nasabah serta bisa mendapat pinjaman modal sesuai rencana usahanya. Mereka mempunyai saham dalam bank itu sehingga bisa dikatakan mereka memiliki banknya sendiri.

Ketiga, mereka memang dididik oleh ahli-ahli pendamping yang bisa menjadikan warga desa mampu berkreasi dalam bentuk-bentuk industri kreatif. Bahkan, akhirnya mereka bisa mengekspor produk kulinernya, produk kerajinan tangannya, produk bahan baku pangan dengan gizi seimbang, serta produk ternak dan ikannya. Semua dari usaha tani berupa industri unit desa. Tenaga ahli pendamping itu bukan seorang PNS, tetapi yang dipersiapkan oleh perguruan tinggi menjadi wirausaha di desa, berintegrasi dengan warga desa dan kelompok tani menjadi businessman di industri unit desa.

Begitu indahnya kondisi delapan windu mendatang kita merdeka. Mari kita bangun dengan etos kerja luar biasa agar modal kita delapan windu merdeka bisa membawa kemajuan dan benar-benar terwujud agropolitan yang ideal.

Sjamsoe’oed Sadjad Guru Besar Emeritus IPB

Rabu, 12 Agustus 2009

Terorisme

Perlu Pendekatan Baru

Rabu, 12 Agustus 2009 | 04:36 WIB

Jakarta, Kompas - Dugaan keterlibatan mantan narapidana terorisme dalam pengeboman pada 17 Juli 2009 perlu menjadi pengalaman penting bagi pemerintah. Pendekatan keras semata diyakini akan sia-sia belaka dalam menangani terorisme sebagai masalah sosial.

Sejumlah kalangan saat ini meyakini, pendekatan penegakan hukum semata dalam menangani terorisme hanya mampu menunda sesaat terjadinya aksi destruktif oleh kelompok teroris. Namun, paham kekerasan yang dianut tak mudah pupus hanya dengan hukuman penjara ataupun eksekusi mati.

”Sekadar mengunci mereka dalam penjara atau bahkan mengeksekusi mati mereka (terpidana terorisme) sama sekali tak akan bisa mengubah apa pun (keyakinan) dari mereka,” kata Noor Huda Ismail, pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian, Selasa (11/8).

Yayasan Prasasti Perdamaian merupakan lembaga nirlaba yang sejak tahun 2006 mendampingi para mantan narapidana terorisme ataupun mantan pelaku dalam sejumlah peristiwa konflik kekerasan di Indonesia. Yayasan tersebut bertujuan dan berupaya mengembalikan para mantan narapidana terorisme ke kehidupan bermasyarakat serta meminimalkan kemungkinan mereka kembali ke komunitas lama.

Noor Huda memandang, pemerintah belum tampak serius menerapkan pendekatan deradikalisasi (rekonsiliasi dan rehabilitasi), yang mengedepankan dialog atau komunikasi intensif dengan kelompok berpaham keras ataupun dengan para mantan narapidana terorisme. Padahal, pemberantasan terorisme oleh aparat hukum sudah berjalan intensif satu dekade terakhir.

Noor Huda mengatakan, munculnya nama Air Setiyawan dalam pengeboman di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton menjadi pelajaran penting bagi negara untuk lebih memedulikan isu deradikalisasi. Air merupakan salah satu terduga pelaku yang tertembak mati oleh polisi dalam pengepungan di Jatiasih, Bekasi, 8 Agustus lalu. Air pada tahun 2004 pernah ditangkap polisi terkait bom di Kedutaan Besar Australia. Namun, karena bukti-bukti material tidak cukup untuk menjeratnya, polisi tidak bisa melanjutkan kasus Air ke pengadilan sehingga ia terbebas.

”Pemerintah sekarang juga harus lebih memerhatikan penanganan setelah hukuman penjara. Sejarah sudah menunjukkan, jaringan saat ini bagian dari metamorfosis gerakan radikal lama seperti Darul Islam pada masa lalu,” kata Noor Huda.

Sebelumnya, Kepala Polri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri juga menyebut salah satu buronan penting berinisial Ur yang diduga terlibat dalam pengeboman 17 Juli lalu. Ur—pria asal Kudus, Jawa Tengah—pernah ditangkap pada Juli 2004 karena pernah menyembunyikan Noordin M Top. Setelah 3,5 tahun dipenjara, Ur bebas pada tahun 2005.

Sebelumnya, Direktur International Crisis Group (ICG) Sidney Jones juga sepakat bahwa pendekatan deradikalisasi yang mengedepankan dialog perlu berjalan seiring dengan pendekatan penegakan hukum. Laporan ICG sejak tahun 2007 menyebutkan, pemerintah kurang menaruh perhatian pada program deradikalisasi dan minimnya intervensi pembinaan terhadap narapidana terorisme di penjara. Bahkan, kuat indikasi selama di dalam penjara mereka tetap membina hubungan dengan jaringan lama.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Nanan Soekarna mengakui, penanganan terorisme masih terpusat di kepolisian yang tugasnya memang mengedepankan pendekatan keras, yaitu penegakan hukum semata. ”Bahkan, bantuan internasional untuk pemberantasan terorisme pun lebih banyak hanya untuk penegakan hukum, padahal pascahukuman untuk pembinaan mantan narapidana teroris juga sangat penting,” kata Nanan.

Sejauh ini, menurut Nanan, sudah lebih dari 430 orang yang ditangkap polisi terkait terorisme. Sementara sekitar 200 orang telah bebas dari penjara. Pada 2002-2009 sudah 12 orang bersedia melakukan bom bunuh diri. Catatan Litbang Kompas, dalam periode yang sama, teror bom sudah memakan 262 korban jiwa dan 782 luka-luka.

”Terorisme dalam satu hal bisa seperti narkoba. Penjara saja tak cukup menyembuhkan mereka. Karena itu perlu rehabilitasi. Orang narkoba ke luar penjara bisa balik lagi, kan,” ujar Nanan.

Identitas Mr X

Hari ini, Nanan mengatakan, Polri akan secara resmi mengumumkan identitas Mr X, pria yang tewas dalam pengepungan Tim Polisi Antiteror di Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu lalu.

Dari Kuningan, Jawa Barat, istri Ibrohim, Sucihani, yang tinggal di Desa Sampora, Cilimus, Kuningan, hingga kemarin mengaku belum mendapatkan kabar apa pun dari suaminya. Mereka juga belum mendapatkan keterangan dari polisi tentang nasib Ibrohim, penata bunga di Hotel Ritz-Carlton.

”Kami masih belum tahu bagaimana nasibnya (Ibrohim). Belum ada kabar apa pun,” kata Suci yang ditemui di rumahnya.

Ibrohim diketahui lulusan STM di Jakarta. Empat tahun terakhir ia membawa keluarganya dari Jakarta untuk pindah ke Kuningan.

Sementara itu, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Datuk Zainal Abidin Zain menyatakan tak benar jika disebutkan banyak orang Malaysia menjadi teroris dan merusak bangsa Indonesia. Justru orang Malaysia belajar terorisme dari orang Indonesia.

”Tidak benar itu. Hanya beberapa orang saja,” ujarnya saat ditanya pers seusai melaporkan tugas akhirnya sebagai duta besar di Indonesia kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Wapres, Jakarta.

Lebih jauh Zainal Abidin mengakui, bersama Wapres Kalla, ia mendiskusikan banyak hal, termasuk masalah terorisme. Untuk mengatasi aksi terorisme, Zainal Abidin mengatakan, kerja sama kepolisian Indonesia dengan kepolisian Malaysia untuk mengatasi terorisme akan terus berlangsung.

”Kerja sama itu berupa tukar-menukar informasi dan berupaya menangkap para pelaku teror,” katanya. (SF/HAR/NIT)

Selasa, 04 Agustus 2009

Indonesia Kini dalam Sorotan Pembukaan UUD 1945 (I)



Oleh: Ahmad Syafii Maarif

Beberapa hari lagi kita akan memperingati Ultah ke-64 Kemerdekaan Indonesia. Banyak sudah yang dicapai oleh bangsa dan negara ini berkat kemerdekaan. Untuk pribadi saya, misalnya, kemerdekaan bangsa benar-benar sebuah rahmat Allah yang nilainya tak terkatakan. Tanpa kemerdekaan, adalah sebuah kemustahilan bagi seorang anak bangsa kelahiran udik sampai sempat belajar ke ujung dunia. Oleh sebab itu, jasa pendiri bangsa dan negara ini tidak mungkin dibalas; saya sungguh berutang budi kepada mereka semua. Saya tahu bahwa mereka yang telah ''dimanjakan'' kemerdekaan ini, sudah lumayan jumlahnya. Tetapi pertanyaan krusial yang masih tersisa adalah: berapa persen jumlah yang lumayan itu? Untuk menakar plus-minus perjalanan bangsa ini selama 64 tahun dalam sorotan Pembukaan UUD 1945, Resonansi dalam dua seri ingin mencobanya, sudah tentu dengan segala kekurangan pendekatan di sana-sini.

Sebagai parameter konstitusional, kita kutip dulu secara lengkap rumusan padat-singkat Pembukaan UUD 1945 untuk mengukur sampai di mana perjalanan bangsa ini sejak Proklamasi 17 Agustus 1945, apa yang sudah dicapai dan apa pula yang terbengkalai dan tersia-sia:

''Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.''

Alinea pertama mengandung hak kemerdekaan semua umat manusia, baik pada ranah domestik maupun ranah global, yang relatif sudah berhasil sampai batas-batas yang jauh. Indonesia sudah merdeka bersama dengan 186 negara lain di seluruh dunia. Adapun Tibet masih berjuang untuk sebuah kemerdekaan dari kekuasaan Cina. Kemerdekaan bangsa-bangsa secara besar-besaran ini, justru berkat ledakan PD (Perang Dunia) II yang hampir memusnahkan peradaban umat manusia. Tanpa PD II, Indonesia mungkin masih menanti waktu, entah berapa lama, untuk mendapatkan kemerdekaan yang telah puluhan tahun diperjuangkan.

Kandungan alinea kedua yang sepenuhnya bercorak Indonesia, sebagian sudah tercapai berupa kemerdekaan, persatuan, dan kedaulatan bangsa, sekalipun masih terdapat bolong di sana-sini. Sedangkan penggal yang lebih menantang dalam format keadilan dan kemakmuran masih jauh dari harapan kita semua. Ada kemakmuran, tetapi baru dinikmati oleh segolongan kecil rakyat Indonesia. Bagian terbesar masih belum mendapat keadilan dari hasil kemerdekaan. Mereka ini masih berada pada kawasan marjinal yang pada setiap pemilu menjadi rebutan partai politik. Mereka belum menjadi tuan di negaranya sendiri. Menggelembungnya jumlah TKW/TKI yang mengais ke negara lain, adalah bukti telanjang tentang betapa masih parahnya kesenjangan sosio-ekonomi di kalangan masyarakat kita. Tidak sedikit di antara mereka yang bernasib malang di negeri orang, di samping ada pula yang beruntung. Ini adalah masalah yang sangat serius untuk Indonesia ke depan.

(-)