Kamis, 01 Januari 2009

Favorit, Pasangan Capres Tua dan Wapres Muda

Pendukung SBY, Mega, Sultan, Penggemar Dangdut
Rabu, 31 Desember 2008 | 00:11 WIB 

Jakarta, Kompas - Pasangan presiden dan wakil presiden yang diharapkan masyarakat akan lahir dalam Pemilihan Umum 2009 adalah gabungan antara generasi tua dan muda atau perpaduan figur berusia di atas 50 tahun dan di bawah 50 tahun.

Hal tersebut merupakan kesimpulan survei nasional yang dilakukan Reform Institute pada bulan November-Desember 2008 terhadap 2.500 responden. Penyebaran responden diambil secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk tiap provinsi, jenis kelamin, dan wilayah tinggal penduduk di pedesaan dan perkotaan.

Direktur Eksekutif Reform Institute Yudi Latief dan peneliti Reform Institute, Kholid Novianto, menyampaikan hasil survei itu dalam konferensi pers di Hotel Grand Melia, Selasa (30/12).

Berdasarkan survei Reform Institute, responden yang menghendaki pasangan presiden merupakan gabungan antara generasi muda dan tua sebanyak 68,88 persen. Sementara itu, yang menginginkan pasangan dari generasi tua hanya sekitar 17,79 persen, sedangkan yang menghendaki keduanya dari generasi muda hanya 12,13 persen.

Menurut Yudi dan Kholid, dalam survei ini juga terungkap mayoritas responden, 65,7 persen, menginginkan pemimpin baru, sedangkan yang tidak menginginkan hanya 32,32 persen. Namun, ketika ditanyakan siapa presiden yang akan dipilih apabila pemilihan presiden dilakukan hari ini, jawabannya tetap didominasi tokoh yang berusia 50 tahun ke atas.

Mereka adalah Susilo Bambang Yudhoyono (42,18 persen), Megawati Soekarnoputri (16,67 persen), Sultan Hamengku Buwono X (10,48 persen), Prabowo Subianto (7,88 persen), dan Wiranto (4,33 persen).

Terkait dengan adanya keraguan masyarakat akan independensi lembaga penelitian, Yudi memastikan Reform Institute tidak pernah mengubah angka untuk kepentingan kontestan pemilu. Reform Institute juga tidak menjadi lembaga survei yang juga merangkap sebagai konsultan politik pihak yang disurvei.

Selera musik

Terdapat temuan menarik dari survei ini ketika Reform Institute mencoba mencermati karakteristik para pendukung capres berdasarkan selera musiknya. Pendekatan ini belum banyak diambil lembaga peneliti lain (lihat Tabel).

Menurut Kholid, memang tidak ada korelasi positif antara penggemar musik tertentu dan orientasi politik. Namun, hal ini tetap menarik dicermati.

Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat Anas Urbaningrum menegaskan, Partai Demokrat tak menjadikan isu kombinasi tua-muda, tua-tua, atau muda-muda sebagai fokus penentuan capres dan cawapres.

”Fokus kami adalah kombinasi mampu dan mampu. Syukur-syukur kalau kombinasi mampu itu sekaligus tua dan muda. Namun, kalau ternyata tua dan tua, itu pun tidak masalah sama sekali,” paparnya.

Menurut dia, bangsa ini membutuhkan kombinasi terbaik yang saling melengkapi dalam semua dimensi, baik dukungan politik pemenangan pemilu maupun pascapemilu.

Meski demikian, Anas juga menegaskan, Partai Demokrat juga belum bisa memastikan akan memasangkan Yudhoyono dengan Jusuf Kalla karena hal itu baru diputuskan setelah melihat hasil perolehan suara pada pemilu legislatif. (sut)

Tidak ada komentar: