Jumat, 19 Maret 2010

Kembali ke Khittah 1926


Jumat, 19 Maret 2010 | 03:40 WIB

• Nahdlatul Ulama berdiri pada 31 Januari 1926 di Surabaya untuk memberi ruang bersuara secara organisasi bagi Islam tradisionalis, terutama pesantren. Pada tahun 1920-an, banyak kiai tradisionalis khawatir dengan datangnya gerakan modernisme Islam yang menarik minat banyak umat sehingga meninggalkan cara pendidikan tradisional pesantren (Greg Fealy dalam Nahdlatul Ulama, Traditional Islam and Modernity in Indonesia, 1996).

• NU memosisikan diri sebagai organisasi sosial keagamaan dengan fokus program adalah sosial, pendidikan, dan ekonomi. Dalam kegiatan sosial, NU berusaha membuat masyarakat Islam nyaman menjalani ritual keagamaan. Dalam bidang pendidikan berupaya meningkatkan kualitas pesantren dan pembaruan dengan mendirikan madrasah (sekolah) di lingkungan pesantren dan masyarakat umum. Dalam bidang ekonomi berupaya memodernisasi pertanian, perdagangan, dan industri antara lain melalui koperasi (Jejak Langkah NU dari Masa ke Masa, Endang Turmudi, editor, 2008).

• Tokoh penting yang membidani lahirnya NU adalah KH Wahab Chasbullah dan KH Hasjim Ashari. Wahab Chasbullah lahir di Pesantren Tambakberas, Jombang, Jawa Timur; kakeknya pendiri pesantren tersebut. Dia belajar hingga ke Mekkah dan kemudian menetap di Surabaya; selain saudagar yang berhasil juga aktif dalam berbagai kelompok keagamaan dan politik. KH Hasjim Ashari berasal dari Tebuireng, Jombang, sebagai santri KH Cholil dari Kademangan, Madura; dikenal cerdas, saleh, dan pengetahuannya mendalam tentang hukum Islam dan hadis. Hasjim Ashari menjadi guru yang berpengaruh pada Wahab Chasbullah (Fealy, 1996).

• Wahab Chasbullah menjadi penggerak konsep dan kemampuan mengorganisasi dan Hasjim Ashari memberi legitimasi keagamaan sehingga peran keduanya tak dapat dipisahkan (Fealy, 1996).

• NU mengikuti ajaran ahlussunnah waljam’ah (aswaja), yaitu mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya yang termaktub dalam Al Quran dan sunah. Ajaran ini mengambil garis tengah antara ekstrem rasio (aqli) dan teks (naqli). (Slamet Effendy Yusuf, makalah diskusi).

• Khittah NU mencakup antara lain: membangun masyarakat dalam bingkai Islam dan Islam adalah agama yang menjanjikan kedamaian dan kesejahteraan; warga NU sebagai bagian dari masyarakat yang beragam; pelaksanaan program NU sebagai organisasi sosial keagamaan, meliputi dakwah, pendidikan, dan perekonomian; tidak terikat dengan partai politik mana pun; serta ikut melakukan pendidikan politik masyarakat dan mendorong demokratisasi (musyawarah) (Jejak Langkah NU). (NMP/bur)

1 komentar:

sablon cup mengatakan...

thank's infonya. NU harus menjadi pelopor pemersatu umat.

www.kiostiket.com