Sabtu, 13 Juni 2009

Ikon Nasional

Oleh BUDIARTO SHAMBAZY

Proses perlindungan kepailitan General Motors merupakan yang terbesar dalam sejarah manufaktur Amerika Serikat. Tetapi, pengajuan ”Chapter 11” ini bukan berarti berakhirnya perjalanan GM yang tahun silam mencapai usia seabad.

Chapter 11 bagian dari hukum kepailitan (Bankruptcy Code) yang boleh dimanfaatkan tiap entitas bisnis, baik korporasi maupun perorangan, untuk reorganisasi. Tujuannya agar bisnis lebih ramping, sehat, dan kelak menguntungkan.

Chapter 11 berbeda kontras dengan Chapter 7. Yang terakhir ini proses likuidasi (penutupan bisnis) lewat keputusan pengadilan karena tak layak dipertahankan lagi alias lebih baik tutup buku.

Berhubung GM salah satu dari dua perusahaan otomotif terbesar dalam skala global bersama Toyota, berita Chapter 11 menghebohkan. Ternyata masih ada persepsi keliru di berbagai kalangan bahwa riwayat GM sudah tamat.

Tak heran Direktur Pengelola General Motors Indonesia (GMI) Mukiat Sutikno perlu menjelaskan kepada media hal ihwal Chapter 11. Singkat kata, ia menjelaskan, jaringan penjual GMI tetap beroperasi dan layanan purnajual, garansi, serta ketersediaan suku cadang tak terganggu.

GMI, dan juga GM Asia Tenggara serta Asia Pasifik, tak masuk ”daftar korban” Chapter 11. Bahkan, dalam tiga bulan mendatang Chevrolet—salah satu merek GM—menambah sedikitnya dua dealer karena penjualan lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Kini Pemerintah AS mayoritas pemegang saham GM, sisanya Pemerintah Kanada, serikat buruh, dan beberapa pihak lain. Pengelolaan manajemen GM ditangani Departemen Keuangan dan Presiden Barack Obama menjadi chief of executive officer (CEO) sementara.

Pada pascaera Chapter 11 ini GM coba mempersepsikan diri sebagai ”New GM”. Beberapa risiko restrukturisasi yang mesti diterapkan antara lain PHK, menutup ribuan dealer, menjual sebagian merek GM di luar negeri, dan menurunkan BEP (break even point) jumlah kendaraan per tahun.

GM di AS hanya akan berkonsentrasi ke merek Chevrolet, Buick, Cadillac, dan GMC dengan maksimal 34 varian. Merek-merek lain, misalnya Opel, Saab, Saturn, dan Hummer, harus dilego paling lambat akhir tahun ini.

Proteksi kepailitan GM ini menggambarkan dampak terbesar krismon global yang dipicu krisis finansial di AS yang berpengaruh negatif ke seluruh dunia. Krisis diawali oleh foreclosure karena rakyat tak mampu membayar cicilan utang rumah (subprime mortgage).

Krisis ini mengakhiri ekspansi ekonomi terpanjang sepanjang sejarah pada masa Presiden Bill Clinton (1992-2000). Saat meninggalkan Gedung Putih, Clinton mewarisi surplus perdagangan 237 miliar dollar AS (2000) dan membuka 22 juta lowongan kerja—prestasi yang fenomenal.

Pengangguran mencapai tingkat terendah dalam 30 tahun menjadi 4 persen (2000), inflasi juga terendah sejak era Presiden John F Kennedy (rata-rata 2,5 persen). Pertumbuhan rata-rata 4 persen per tahun selama 116 bulan—tertinggi dalam sejarah dan jumlah orang miskin berkurang sampai 11,8 persen (2000), pertama kali dalam 30 tahun.

AS adalah pengutang terbesar dengan 5,3 triliun dollar AS. Namun, pada akhir jabatannya, Clinton menurunkannya 0,2 persen. Ekspansi yang menyejahterakan 100 juta kelas menengah itu menguap setelah George W Bush terpilih karena selama 8 tahun ia menambah utang sampai 10 triliun dollar AS (2008).

Jumlah itu 69 persen dari PDB, angka tertinggi sejak 1955. Penyebab kenaikan karena pengurangan pajak bagi orang kaya, invasi ke Irak yang menghabiskan 600 miliar dollar AS, dan kegagalan pengawasan praktik bisnis Wall Street.

Obama menang karena kondisi ekonomi terpuruk (winning by events). Tanggal 22 Maret 2007 ia, sebagai senator, menyurati Gubernur Bank Sentral Ben Bernanke dan Menteri Keuangan Henry Paulson meminta mereka mengadakan KTT kepemilikan rumah.

Secara politis ia punya indra keenam karena surat itu sudah tahu ancaman foreclosure. Andai surat itu tak ada, Obama belum tentu populer dalam tahun kampanye dan pilpres 2008.

Saat berkampanye, kondisi ekonomi AS memburuk antara lain karena pengangguran per Agustus 2008 melonjak. Sejak Januari 2008 PHK rata-rata 76.000 per bulan, padahal angkatan baru yang butuh kerja 100.000 per bulan.

Selama 2008 total 650.000 karyawan di-PHK dan per akhir tahun ini bisa mencapai lebih dari 10 juta orang. Sayangnya, kini terbukti rencana Obama menggelontorkan dana talangan 800 miliar dollar AS untuk menyehatkan ekonomi belum berhasil.

Secara politis Obama sukses, tetapi pemulihan ekonomi dia tergantung dari apa yang akan dialami GM. Apalagi, sejarah panjang GM kadung jadi simbol ”keamanan pekerjaan seumur hidup” (security of a job for life) kelas menengah AS dari generasi ke generasi.

GM ikon nasional yang jadi kebanggaan rakyat, seperti es krim, Coca-Cola, Levi’s, atau McDonald’s. Bagi orang Amerika, Chevrolet tak ubahnya Mercedes-Benz untuk orang Jerman atau Toyota untuk orang Jepang.

Dari perspektif teknologi, GM mencerminkan supremasi manufaktur tak terkalahkan selama 77 tahun sampai Toyota merebut gelar produsen terbesar tahun 2008. Generasi paruh baya di sini ingat kejayaan GM lewat Impala, Holden, atau Opel yang berseliweran pada tahun 1960-an.

Setiap bangsa punya ikon nasional, termasuk kita yang punya pasar tradisional, warteg, batik, atau tempe. Pasar tradisional makin tersingkir, warteg dikalahkan jaringan resto cepat saji, batik dibajak negara lain, dan jangan-jangan kedelai sebentar lagi jadi barang impor.

Tidak ada komentar: