Sabtu, 13 Desember 2008

Aktivis LSM Seharusnya Terjun ke Politik
KOMPAS/PRIYOMBODO / Kompas Images

Istri almarhum Munir, Suciwati, memberikan sambutan saat peluncuran buku Keberanian Bernama Munir, Mengenal Sisi-sisi Personal Munir yang ditulis oleh Meicky Shoreamanis Panggabean (kanan) di Toko Buku Gramedia, Matraman, Jakarta, Jumat (12/12). Peluncuran buku diwarnai diskusi dengan pembicara Penasihat Senior International Crisis Group Sidney Jones (tengah) dan Rusdi Marpaung dari Imparsial (tidak tampak).


Jakarta, Kompas - Keterlibatan mendiang pejuang hak asasi manusia, Munir, mendukung tokoh Muhammadiyah, Amien Rais, menjadi calon presiden dinilai menjadi contoh bentuk awal terjunnya aktivis lembaga swadaya masyarakat ke kancah politik praktis pascatumbangnya rezim Orde Baru dan Soeharto.

”Hal itu menjadi salah satu bentuk konsekuensi logis alternatif perjuangan para aktivis. Hal itu mengingat pascajatuhnya Soeharto, aksi turun ke jalan diyakini tidak lagi relevan menjadi pilihan berjuang melawan ketidakadilan,” kata Penasihat Senior International Crisis Group Sidney Jones, Jumat (12/12).

Sidney menjadi pembicara dalam peluncuran buku Keberanian Bernama Munir, Mengenal Sisi-sisi Personal Munir. Turut hadir Rusdi Marpaung dari lembaga monitoring HAM Imparsial dan penulisnya, Meicky Shoreamanis Panggabean.

”Pada masa Soeharto memang tidak ada jalan lain kecuali dengan cara langsung berhadap-hadapan. Akan tetapi, saat ini memang ada cara advokasi lain. Misal, banyak LSM terlibat mengawasi pembahasan rancangan undang-undang dengan mengkritisi pasal atau memberikan masukan soal kalimat yang digunakan,” ujar Sidney.

Menurut Sidney, keterlibatan para mantan aktivis LSM dan pergerakan untuk terjun dan masuk ke dalam dunia politik praktis adalah hal wajar. Perjuangan harus dilanjutkan dari dalam.

Sudah seharusnya para aktivis tidak membiarkan begitu saja peluang politik diambil orang-orang yang tidak dapat diharapkan melakukan perubahan. Bahkan, dalam pemilihan presiden di Amerika Serikat beberapa waktu lalu, kandidat Barrack Obama pun didukung dan dibantu oleh para aktivis LSM.

Istri mendiang Munir, Suciwati, yang juga hadir dalam acara itu, menceritakan pada awalnya juga menentang keras pilihan Munir saat itu. Bahkan, perdebatan seru berkali-kali sempat muncul dalam perbincangan rumah tangga mereka saat itu.

”Saat itu Munir menjelaskan kepada saya, dari lima calon presiden yang ada, justru Amien-lah yang paling sedikit ’bosok’-nya. Hal itu pilihan berat Munir. Dia banyak dicurigai dan dimusuhi teman-teman LSM karena dituduh mencari kekuasaan,” kata Suciwati.

Penulis buku tentang Munir itu, Meicky, menilai sosok Munir sebagai seorang yang menginspirasi yang benar-benar memiliki kemampuan serta keberanian luar biasa melawan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan.

Sementara itu, aktivis politik yang juga Ketua Pengkajian Demokrasi dan Negara Kesejahteraan, Fadjroel Rachman, mengibaratkan sosok Munir sebagai ”kertas lakmus” penentu ada tidaknya keadilan. (DWA)

Tidak ada komentar: