Rabu, 24 Desember 2008

Pamor AS di Arab Memalukan


Rabu, 24 Desember 2008 | 03:08 WIB

Washington, Senin - Popularitas pemerintahan Presiden Amerika Serikat George W Bush di dunia Arab ”tidak terlalu bagus”, apalagi pascaserangan teroris pada 11 September 2001 dan ”perang melawan teror”. Pernyataan itu diutarakan Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice, Senin (22/12) di Washington.

”Saya mengerti sejarah hubungan antara AS dan dunia Arab dinilai memalukan dan kurang perasaan saling menghargai. Itu terjadi bukan sejak pemerintahan Presiden Bush dan tetap akan begitu meski Presiden Bush tak memimpin,” kata Rice.

Meski demikian, Rice yakin penilaian dunia Arab terhadap pemerintahan Bush akan dapat berubah. Suatu saat nanti, pendirian AS yang selalu mendampingi dan berjuang untuk dunia Arab, kata Rice, akan dihargai. Selama ini, AS berjuang agar Arab memiliki hak yang sama untuk hidup bebas. Itu yang diyakini Rice menjadi dasar penghargaan dunia Arab pada pemerintahan Bush.

Pada saatnya nanti, ujar Rice, sejarah akan memulihkan nama Bush. Salah satu buktinya adalah Irak. Pascainvasi AS ke Irak pada tahun 2003, Irak akan mengubah ”wajah Timur Tengah” dan akan jadi negara demokrasi multietnis yang pertama di dunia Arab. Akan tetapi, di sisi lain, Rice mengakui, proses perdamaian Palestina dan Israel belum meraih kesepakatan seperti yang diinginkan Bush. Namun, situasi keamanan di wilayah itu dianggap AS membaik setelah Bush mulai memimpin. ”Kondisi di Gaza memang gawat, tetapi jika dibandingkan dengan kondisi pada 2001, kondisi yang ada saat ini jauh lebih baik,” kata Rice.

Perang belum berhasil

Perang melawan teror yang dilakukan AS juga belum berhasil menumpas segala jaringan Al Qaeda atau menangkap Osama bin Laden. Namun, kata Rice, koalisi pasukan asing pimpinan AS dan Irak nyaris mengalahkan cabang- cabang Al Qaeda. ”Selama ini kita memenangi banyak pertempuran besar, tetapi peperangan ini tentu saja belum berakhir,” lanjutnya.

Rice mengaku heran, berbagai media masih saja mempertanyakan popularitas AS di mata dunia Arab, apalagi jika dikaitkan dengan insiden pelemparan sepatu oleh wartawan TV di Irak, Muntazer al-Zaidi. ”Apakah Anda kira orang akan ingat peristiwa itu 10 tahun lagi? Yang terpenting, AS berhasil membebaskan Irak dari Saddam Hussein dan mengubah Irak yang tidak akan lagi menyerang negara tetangganya dan mencari senjata pemusnah massal,” kata Rice.

Isu nuklir Iran juga hingga kini belum usai. Sanksi internasional, termasuk AS, terhadap Iran juga tidak bisa menghentikan proyek nuklir Iran. ”Namun, saya rasa Iran sedang menderita. Kita lihat saja nanti sampai seberapa lama Iran bisa bertahan dan seberapa lama pengeluaran biaya program nuklir akan berpengaruh pada kebijakan nuklir Iran. Ekonomi Iran mulai goyah sebelum harga minyak dunia jatuh. Sekarang kita tinggal tunggu seberapa lama mereka bisa bertahan dari sanksi internasional,” kata Rice.

Kepemimpinan Bush akan segera berakhir. Begitu pula dengan Rice. Posisi Rice akan digantikan Senator Hillary Clinton. Untuk mengisi waktu setelah masuk masa pensiun, akhir Januari mendatang, Rice kembali ke Stanford University di California karena akan mulai melakukan penelitian di Institut Hoover yang khusus mempelajari isu internasional. Rice juga akan menulis buku tentang latar belakang orangtuanya yang Afrika-AS dan buku tentang kebijakan luar negeri AS. (AFP/AP/LUK)

Tidak ada komentar: