Kamis, 04 Desember 2008

Pemikiran Berbagai Kelompok Bangsa Harus Dijembatani


Kompas/Totok Wijayanto / Kompas Images
Ketua Umum Dewan Syuro DPP Partai Kebangkitan Bangsa KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bersiap untuk berorasi saat mendeklarasikan Gerakan Kebangkitan Rakyat (Gatara) di kantor The Wahid Institute, Jakarta, Rabu (3/12). Gatara diharapkan dapat menjadi wadah bagi masyarakat umum untuk menegakkan demokrasi dan hukum di Indonesia.
Kamis, 4 Desember 2008 | 03:00 WIB


Jakarta, Kompas - Selama ini banyak tokoh dan kelompok masyarakat yang gigih memperjuangkan kemajuan dalam kemajemukan bangsa. Namun, mereka masih berjalan sendiri-sendiri tanpa batasan ruang lingkup yang jelas.

Untuk itu, mantan Presiden Abdurrahman Wahid mendeklarasikan Gerakan Kebangkitan Rakyat (Gatara) di kantor The Wahid Institute, Jakarta, Rabu (3/12). Gerakan ini diharapkan mampu menjembatani pemikiran para tokoh dan seluruh elemen masyarakat untuk membangun bangsa dengan menggabungkan pemikiran keruhanian dan kebangsaan.

Hadir dalam deklarasi itu, di antaranya, mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung, mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, Ketua Umum Komite Bangkit Indonesia Rizal Ramli, Ketua Umum Partai Buruh Muchtar Pakpahan, tokoh gerakan mahasiswa Hariman Siregar.

Menurut Abdurrahman, para pendiri bangsa telah menghilangkan batas-batas agama dan suku dengan memperlakukan sama semua warga negara dalam UUD 1945. Kondisi ini juga sudah terjadi sejak zaman kerajaan di Nusantara, yaitu saat masyarakat Hindu, Buddha, dan Islam dapat tumbuh bersama tanpa saling mengabaikan. Adanya kesamaan di depan konstitusi itu membuat seluruh rakyat dapat berpikir rasional.

”Kebiasaan untuk berbeda sangat penting untuk melangkah ke depan dalam menghadapi persaingan global,” katanya.

Abdurrahman menambahkan, gerakan ini dibangun atas permintaan para penggiat demokrasi untuk membangun demokrasi di tingkat bawah. Pemberdayaan masyarakat akar rumput itu jauh lebih penting dan dibutuhkan saat ini daripada membangun demokrasi melalui partai politik.

Direktur The Wahid Institute Zannuba Arifah Chafsoh mengatakan, Gatara merupakan gerakan untuk mengonsolidasikan jutaan pendukung Abdurrahman Wahid dan penggiat demokrasi. Organisasi yang bersifat kejuangan, kebangsaan, terbuka, dan demokratis itu ingin membangkitkan kembali kekuatan masyarakat berperadaban agar mandiri, sejahtera, serta menjunjung hukum dan hak asasi manusia.

Meski demikian, langkah ini bukan berarti Abdurrahman akan meninggalkan partai yang selama ini telah dia bangun. Abdurrahman lebih berkonsentrasi untuk mengonsolidasikan gerakan rakyat di bawah.

Rizal Ramli berharap Gatara dapat menjadi tonggak kebangkitan rakyat. Selama ini momentum Kebangkitan Bangsa 1908 maupun Reformasi 1998 selalu menjadi kebangkitan elite. Rakyat sebagai bagian terbesar bangsa justru belum merasakan kebangkitan tersebut.

Hariman Siregar menambahkan, hal yang dapat mengubah nasib rakyat adalah gerakan, bukan partai politik atau institusi negara. Karena itu, rakyat harus bangkit merebut kekuasaannya yang dikuasai elite. (MZW)

Tidak ada komentar: